Selasa, 04 Maret 2014

EKSPLORASI POLA BILANGAN DAN BASIS BILANGAN


EKSPLORASI POLA BILANGAN DAN BASIS BILANGAN
Makalah ini  diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“MATEMATIKA”

Nama     :Irfan lutfianto        (210611056)
Dosen Pengampu:
Kurnia Hidayati, M.Pd.

Jurusan Tarbiyah
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri(STAIN)
Ponorogo


EKSPLORASI POLA BILANGAN DAN BASIS BILANGAN

Pola bilangan adalah cara pembentukan suatu bilangan berdasarkan aturan tertentu. Aturan yang digunakan bebeda-beda antara pola bilangan yang satu dengan yang lain.[1] Fokus eksplorasi bilangan ini adalah mencari pola dari masalah yang disajikan. Mencari pola merupakan bagian penting dari pemecahan masalah matematika. Eksplorasi pola-pola bilangan perlu memperoleh perhatian serius dalam pembelajaran matematika sehingga para siswa dapat mendeskripsikan, memperluas, menganalisis, dan membangun bermacam-macam pola dan merepresentasikan hubungan fungsionalnya dengan tabel-tabel, grafik-grafik, dan aturan-aturan. Polisi biasa melakukan pengamatan atas beberapa file tindakan kriminal untuk menemukan modus operandi atau pola operasi jika serentetan peristiwa kriminal terjadi. Begitu pula di dalam matematika, kita dapat mencoba untuk menemukan penyelesaian masalah dengan mempelajari pola-pola untuk digunakan sebagai petunjuk. Pola dapat menampilkan bentuk yang sangat indah. Sebagai contoh, perhatikan pola berikut ini.[2]
1 x 9 + 2 = 11
12 x 9 + 3 = 111
123 x 9 + 4 = 1111
1234 x 9 + 5 = 11111
12345 x 9 + 6 = 111111
123456 x 9 + 7 = 1111111

Contoh lain, kita diminta menemukan tiga bilangan berikutnya melengkapi suatu pola yang berdasarkan pada barisan berikut: 1, 2, 4, ___, ___, ___ Kita dapat menemukan tiga bilangan berikutnya pada barisan di atas, yaitu: 1, 2, 4, 7, 11, 16 atau 1, 2, 4, 8, 16, 32.

Barisan
Barisan bilangan adalah sekumpulan bilangan yang tersusun dalam urutan tertentu dan dibentuk menurut aturan tertentu. Setiap bilangan yang menjadi unsur dari barisan disebut suku. Bilangan pertama disebut suku pertama, bilangan kedua disebut suku kedua, bilangan ketiga disebut suku ketiga, demikian seterusnya. Untuk menunjukkan urutan pada suatu barisan bilangan biasanya digunakan suatu indeks. Suku ke-n dilambangkan dengan Un, suku pertama dilambangkan U1, suku kedua dilambangkan dengan U2, suku ketiga dilambangkan dengan U3 dan seterusnya.
Pada barisan bilangan 2,6,10,14,18,,, maka U1= 2, U2= 6, U3=10 dan seterusnya.  Contoh lain 4, 7, 10, 13, 16, …. 3n+1seterusnya hingga suku tak hingga
Barisan ini memiliki pola 3n+1. Suku-suku pada barisan tersebut adalah 4, 7, 10, 13, 16,… berlanjut terus dan tidak akan berakhir hingga suku ke-n tak hingga, sehingga barisan tersebut disebut barisan tak hingga. Pada barisan yang memiliki pola  4n. suku-suku pada barisan tersebut hanya terdiri lima suku saja, yaitu 4,8,12,16 dan 20. Setelah suku kelima tidak dilanjutkan pada suku berikutnya . pola barisan tersebut juga dinamakan barisan hingga.
a.       Barisan Aritmatika
Barisan aritmatika adalah barisan yang selisih atau beda antara dua buah suku yang berurutan nilainya selalu tetap. Barisan aritmatika bisa juga diartikan sebagai suatu barisan di mana setiap sukunya (kecuali suku pertama) dapat di peroleh dari suku sebelumnya dengan suatu konstanta, konstanta tersebut dinamakan “beda”.
Berdasarkan pengertian di atas maka U1, U2, U3, U4, ……. Merupakan suatu barisan aritmatika bila terdapat bilangan real b untuk setiap bilangan asli n.nilai b adalah U2-U1, atau U4-U3 atau Un-Un-1. Rumus untuk mencari suku ke-n pada suatu barisan aritmatika adalah :[3]

Un=a+(n-1)b
Un       = suku ke-n
a          = U1= suku ke-1
b          = beda antara suku berurutan
n          = banyak suku

contoh : tentukan suku ke-100 dari barisan aritmatika 9,15,21,27,33,..
diketahui:
a = U1= 9
b = 15 - 9 = 6
ditanya:
n100 =…?
Jawab:
Un       = a+(n-10b
U100   = 9+(100-1) 6
 = 9+(99x6) = 9+594 = 603
b.      Barisan Geometri
Barisan geometri adalah barisan yang perbandingan atau rasio antara dua buah suku yang berurutan nilainya selalu tetap. Barisan geometri bisa juga diartikan sebagai suatu barisan di mana setiap sukunya (kecuali suku pertama) dapat diperoleh dari suku sebelumnya dikalikan dengan suatu konstanta, konstanta tersebut dinamakan “rasio”.
Berdasarkan pengertian di atas maka U1, U2, U3, U4,…. Merupakan suatu barisan  geometri bila terdapat bilangan  real r  tidak sama dengan 0 . nilai r adalah U2/U1, U4/U3..rumus untuk mencari suku ke-n pada suatu barisan geometri adalah :
Un = a.rn-1
 Keterangan :
Un       = suku ke-n
a          = U1 = suku ke – 1
r           = rasio antara dua suku berurutan
n          = banyak suku
BASIS BILANGAN
Para ahli sejarah matematika percaya bahwa satu alasan mengapa mayoritas orang di dunia menggunakan sistem berbasis sepuluh (desimal), dengan sepuluh digit, dari 0 sampai dengan 9, karena pada umumnya orang mempunyai jari tangan sepuluh. Andaikan orang hanya mempunyai satu tangan dengan lima buah jari. Digit yang dapat digunakan untuk membilang hanyalah 0, 1, 2, 3, dan 4. Di dalam “sistem satu tangan” kita membilang 1, 2, 3, 4, 10, di mana 10 merepresentasikan satu tangan dan tidak ada jari.
Sistem satu tangan adalah sistem berbasis lima. Membilang di dalam sistem berbasis lima mengikuti sebagaimana ditunjukkan sebagai berikut. Kita tulis kata “lima” dalam huruf yang berukuran kecil dan ditempatkan sedikit di bawah suatu lambang bilangan yang menunjukkan bahwa bilangan yang dimaksud adalah ditulis dalam basis lima.[4]
Basis lima (Quiner) pada system bilangan quiner (basis lima) memiliki symbol lima angka, yaitu 0, 1, 2, 3, dan 4. System Quiner juga menggunakan nilai tempat sebagaimana system bilangan biner dan decimal. Jika dalam system bilangan biner mengenal nilai tempat satuan, duaan, empatan, delapanan dan seterusnya, maka dalam system bilangan quiner mengenal nilai tempat satuan, limaan, dua puluh limaan, seratus duapuluhlimaan, dan seterusnya.
Contoh
Pada bilangan 432lima, bilangan 4 memiliki nilai tempat dua puluh limaan, bilangan 3 memiliki nilai tempat limaan dan bilangan 2 memiliki nilai tempat satuan.
Basis dua (biner) pada system biner (basis dua) hanya memiliki symbol dua angka, yaitu 0 dan 1. System bilangan biner juga menggunakan nilai tempat yaitu tempat satuan, duaan, empatan, delapanan dan seterusnya. Contoh: pada bilangan 101dua, bilangan 1 yang pertama memiliki nilai tempat empatan, bilangan 0 memiliki duaan dan 1 memiliki nilai nilai tempat satuan.















DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Kurnia. Matematika 2.Yogyakarta. STAIN Po PRESS: 2011.
Prawanto, Sufyani dan Puji Rahayu. Bilangan. Bandung. UPI PRESS: 2006.


[1] Kurnia hidayati, Matematika 2, (Yogyakarta, STAIN Po PRESS: 2011)127.
[2] Sufyani Prabawanto dan Puji Rahayu, Bilangan, (Bandung, UPI PRESS: 2006) 1-2.
[3] Matematika 2…, 137.
[4] Bilangan…, 15.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar